Teori penyesalan perspektif Barat dan Islam Sebuah studi literatur
Main Article Content
Abstract
Alquran banyak berbicara tentang penyesalan, tetapi teori penyesalan lahir dan berkembang di Barat. Tujuan artikel ini ingin memperkenalkan teori penyesalan (regret theory) sekaligus membuat perbandingan penyesalan sebagai konsep Barat dengan pandangan Islam. Keunggulan teori penyesalan, konsepnya tidak hanya dapat menjelaskan sebuah fenomena, tetapi juga dapat menjadi semacam panduan perilaku orang (Zeelenberg & Pieters, 2007). Banyak orang menyesal karena salah memilih produk atau salah memilih jurusan untuk studinya, dan penyesalan tersebut muncul karena adanya proses berpikir counterfactual (Loomes dan Sugden, 1987), tinggi rendahnya penyesalan tergantung dari besar kecilnya tanggungjawab (Van Dijk dan Zeelenberg, 2002). Kajian ilmiah mengenai teori penyesalan perspektif Islam relatif langka baik di dalam maupun luar negeri. Tulisan hasil studi literatur ini merupakan upaya mengisi kekosongan itu. Dalam bukunya Al-Quran wa iIm Nafs, Prof. Najati (2008) menyatakan bahwa konsep “sedih” adalah suatu keadaan emosional yang muncul karena seseorang merasa berdosa, menyesali perbuatannya, mencela perbuatannya sendiri dan berandai sekiranya ia tidak melakukannya. Najati mengacu pada Alquran dan tidak menggunakan referensi Barat, tetapi penjelasannya tentang “sedih” itu sejalan dengan pemahaman Barat tentang Regret (penyesalan). Ungkapan Najati, “…mencela perbuatannya sendiri dan berandai sekiranya ia tidak melakukannya” sama dengan konsep atau frase Barat untuk konsep regret yakni “what might have been”.
Article Details
Di bawah lisensi Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International (CC-BY-SA), pengguna bebas untuk: berbagi (menyalin, mendistribusikan, dan menyebarkan kontribusi), mengadaptasi (mengubah dan menggubah karya), serta menggunakan karya untuk tujuan komersial, dengan syarat: memberikan atribusi yang sesuai kepada pencipta asli, dan membagikan karya turunan dengan lisensi yang sama.